Siapa yang
tidak kenal dengan sosok AR Fakhruddin, sudah barang tentu jika anda aktivis
muhammadiyah dan pernah bersekolah atau pernah membaca buku mengenai sejarah
Muhammadiyah pasti muncul seorang AR Fakhruddin. Beliau adalah sosok yang
memiliki kharismatik tersendiri dari pimpinan pimpinan sebelumnya. Beliau
terkenal sosok yang sangat sederhana, tawadhu’, kocak dengan beragam humor-
humor cerdasnya sehingga membuat orang seakan tak rela jika kehilangan sosok
beliau. Namun, takdir Allah berkata lain beliau harus lebih dahulu meninggalkan
kita.
Walaupun, sudah lebih dahulu meninggalkan kita tentu ada beberapa sisa-
sisa kenangan beliau yang masih terekam di kepala orang- orang yang pernah
bersingunggan langsung dengan beliau. Saya mungkin, adalah salah satu orang
yang mendapatkan riwayat cerita dari beliau. Cerita ini saya dapatkan dari
seorang senior alumni Madrasah Muallimin yakni ust Khoiruddin Bashori dan Ust
Muhammad Ikhwan Ahada.
Sore itu tepat
hari kamis di penghujung bulan mei tahun 2015 diadakan kumpul silaturahmi KABAMMMA
( Keluarga Besar Abiturient Madrasah Muallimin- Muallimaat) di rumah Ust Irud
panggilan akrab dari Ust Khoiruddin Bashori. Kebetulan sore itu pula Allah
menurunkan rezekinya berupa hujan. Kami bertiga bersama saya, Royyan (penulis
kesempatan kedua), dan wildan dengan bermodalkan motor dan jas hujan kami
menembus derasnya hujan kala itu. Sesampainya di rumah ust Irud ternyata kami
sudah disambut oleh tuan rumah dan tanpa kami sadari juga ternyata dua orang
kawan kami telah hadir di lokasi. Padahal kami sangka kamilah yang pertama
hadir di rumah ust Irud. Kemudian kami pun langsung diarahkan ust Irud untuk
masuk ke dalam rumah menikmati hidangan yang telah disiapkan untuk para tamu.
Begitu lama, kami ditumah beliau sambil membicarakan mengenai masterplan
mengenai pembangunan gedung UMP (Universitas Muhammadiyah Pontianak) dan tidak
sedikit pula kami membicarakan masalah mengenai almamater tercinta yakni
Madrasah Muallimin. waktu berjalan dengan begitu cepat tanpa terasa waktu
maghrib pun telah tiba. Kebetulan dalam kesempatan ini saya (penulis) sedang
melakukan ibadah puasa senin kamis. Jadi praktis ketika kita berbicara ngalor
ngidul menganai muallimin saya belum bisa merasakan nikmatnya hidangan yang
disajikan. Ketika adzan telah berkumandang alhmdulillah puji sykur Allah saya
dapat berbuka. Setelah berbuka, saya dan teman- teman langsung diajak untuk
menegakkan sholat berjamaah dengan ust Irud. Setelah kami selesai wudhu, kami
sholat di ruangan tengah rumah beliau.
Dengan spontan
beliau langsung menunjuk saya untuk menjadi seorang Imam. Menjadi imam kali ini
tidak biasa saya lakukan karena yang dibelakan saya adalah seorang tokoh,
public figure dengan kesederhanaanya. Berdebar debar itu pasti serasa mulut ini
kelu untuk mengucap setiap ayat- ayat Allah karena mungkin rasa grogi itu
datang secara tiba- tiba. Setelah sholat maghrib berjamaah selesai tanpa sadar
pun dibelakang saya telah berdiri seorang ust Ikhwan Ahada direkur Muallimin
2010-2014. Wah, grogi ini semakin menjadi jadi. Kemudian setelah itu ust Irud
Pun berkata “Tadi, yang puasa sudah saya suruh menjadi Imam sekarang pak
direktur (Ust Ikwan) monggo silahkan memberikan kultumnya!”. Dalam hati saya
berujar “mantap ini sudah agak lama saya tidak mendengar beliau (ust Ikwan
Kultum)”. Dalam kultum tersebut ust Ikwan menjelaskan surat yunus ayat 110
101. Katakanlah:
"Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".
Sangat santun
sekali bahasa yang beliau gunakan untuk menyampaikan. Setelah beliau selesai
berkultum. Kemudian ust Irud berkomentar “Apa yang saya lakukan ini seperti
apa yang dilakukan ketika saya bertamu ke rumah pak AR. Jadi dahulu pak AR
selalu menyuruh untuk menjadi Imam bagi siapa saja yang bersilaturahmi ke rumah
beliau. Kiranya pak AR melihat tamunya ini kok terlihat bagus dari segi
keilmuan maka, beliau pun tak segan untuk menyuruh sang tamu berbagi ilmu
melalui sebuah kultum dan saya pun pernah mendapatknan hal tersebut ketika
beliau masih hidup tanpa tangung- tanggung ketika sholat maghrib saya langsung
ditunjuk menjadi Imam dan kultum, wah, ya bagaimana lagi saya mau menolak
dengan rasa grogi saya pun maju jadi Imam sekaligus kultum di depan pak AR.” Dari pernyataan beliau ini saya menilai bahwa
kebiasaan baik dari seorang tokoh pasti kebiasaan tersebut akan ditiru oleh
tokoh- tokoh yang lahir generasi setelahnya. Ini adalah termasuk salah satu
bentuk penghormatan terhadap tamu yang ust Irud adopsi dari kebiasaan pak AR.
Apalagi melihat tamu yang hadir di rumah beliau kiranya tidak diragukan lagi
ketika diminta untuk menjadi Imam dan Kultum ba’da sholat.
Setelah ust Irud berkomentar dan
bercerita demikian ternyata Ust Ikhwan juga memiliki kenangan yang sama dengan
ust Irud. Ust Ikhwan pun juga pernah bertamu ke rumah pak AR kemudian beliau
juga diminta untuk menjadi Imam sekaligus Kultum ba’da Maghrib.
3 komentar:
Keren bro,,, ditunggu tokoh2 lainnya
Masyaa Allah perjalanan yang sangat menajubkan dan sebuah kisah yang bersejarah dalam kehidupan ini semoga engkau diberikan jalan yang lurus
Barakallahu fiikum
amiin dunia ini luas bro insyaAllah saya dan anda sekalian akan menemui suatu hal baru dalam kehidupan ini
Posting Komentar